Dampak Negatif Penggunaan Balon Helium | Siapa sih yang tidak pernah melihat balon helium? Balon helium banyak dijumpai sebagai aksesoris atau pelengkap dekorasi dalam acara-acara penting, seperti ulang tahun, pernikahan, acara peresmian, dan event-event lainnya.
Biasanya balon helium di letakkan sudut tertentu yang bisa menarik perhatian orang sekitar. Tidak jarang, balon helium diterbangkan ke udara dalam jumlah banyak hanya sekedar untuk menambah euphoria acara. Namun, tahukah kamu bahwa penggunaan balon helium yang berlebihan bisa memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan?
Dampak Negatif Penggunaan Balon Helium
Bahan utama balon helium umumnya terbuat dari karet dan plastik. Dua bahan tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk bisa terurai secara alami. Tentu saja, penggunaan balon helium dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Berikut ini adalah beberapa dampak buruk balon helium pada lingkungan:
1. Polusi Udara
Balon helium yang dilepaskan di udara tidak selamanya beterbangan di udara. Beberapa waktu setelah dilepaskan di udara, balon akan mengempis dan mengeluarkan gas helium hingga jatuh ke tanah maupun perairan. Gas helium yang keluar bisa semakin memperparah emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca menjadi salah satu faktor terbesar dalam masalah pemanasan global dan perubahan iklim.
Selain itu, menerbangkan banyak balon helium ke udara hingga mencapai ketinggian terntentu bisa juga menganggu jarak pandang pesawat dan juga satwa saat terbang.
2. Polusi Tanah
Tidak lama setelah lepas di udara, balon helium akan jatuh ke daratan. Balon helium yang terbuat dari bahan yang sukar terurai dan tidak mudah didaur ulang bisa menambah jumlah timbunan limbah plastik. Limbah balon plastik akan mengeluarkan senyawa atau zat berbahaya yang bisa mencemari tanah. Efek bahaya tidak hanya berhenti disitu saja, tetapi juga bisa sampai mencemari air tanah yang umumnya dikonsumsi oleh manusia dan hewan.
Selain itu, bila limbah balon berada di tanah gambut yang mudah terbakar bila tersulut api. Sehingga bisa berdampak pada kebakaran hutan.
3. Polusi Air
Balon helium yang jatuh pada perairan seperti sungai, danau, hingga laut dan membahayakan ekosistem satwa laut. limbah plastik dari balon akan terombang-ambing di permukaan laut. Bagi hewan yang tidak bisa membedakan sampah dan makanan, mereka dapat dengan mudah memakan limbah balon tersebut. Alhasil, satwa air seperti penyu, ikan, dan burung laut beresiko mengalami keracunan hingga kematian. Terlebih lagi, tali yang ada pada balon bisa membuat satwa laut tersangkut dan menyebabkan kecacatan secara permanen.
Tidak hanya itu saja, zat kimia limbah balon juga bisa mencemari ekosistem laut dengan membunuh rantai makanan terkecil di laut. Bahaya sekali, bukan?
Hal Kecil Yang Berdampak Besar ….
Mungkin bagi sebagian orang, menerbangkan balon helium merupakan tindakan sepele dan tidak berdampak besar bagi lingkungan. Namun, jika hal tersebut dilakukan terus menerus oleh banyak orang, kerusakan kecil itu dapat membuat kerusakan yang semakin besar. Hal tersebut bisa disebut dengan teori efek kupu-kupu (butterfly effect).
Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Tentu saja, hal pertama yang bisa kita lakukan adalah menerapkan berpikir panjang. Sebelum memutuskan untuk menerbangkan balon helium saat acara, seharusnya kita mengetahui terlebih dahulu apa efek negative penggunaan balon pada lingkungan. Cara berpikir ini juga bisa kita terapkan pada konteks apapun untuk menghindari hal-hal negative yang tidak diinginkan.
Sebagai gantinya, kita dapat mencari alternative yang lebih ramah lingkungan seperti mengadakan acara tanpa balon atau menggunakan balon ramah lingkungan yang terbuat dari bahan yang mudah terurai dan dapat di daur ulang.