Cara Mengatasi Penumpukan Sampah

Cara Mengatasi Penumpukan Sampah | Indonesia telah menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua dunia setelah Negara Tiongkok. Produksi sampah per tahun mencapai 187,2 juta ton. Hal ini tentu saja berdampak besar pada kondisi lingkungan Indonesia yang telah mengalami pencemaran. Mulai dari pencemaran tanah, air, hingga udara.

Pencemaran Lingkungan Karena Sampah

Salah satu pencemaran lingkungan terparah yang dialami oleh Indonesia adalah pencemaran sungai. Hampir  seluruh sungai di Indonesia telah tercemar oleh zat kimia berbahaya yang berasal dari limbah domestik seperti plastik.

Menurut Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) melalui Ekspedisi sungai Nusantara (ESN) di sepanjang tahun 2022, penyebab kondisi sungai di Indonesia menjadi buruk adalah banyaknya temuan sampah plastik di bantaran dan badan air sungai. Jenis partikel mikroplastik yang mendominasi adalah serat fiber sebanyak 49,2 persen yang berasal dari kain sintetik limbah rumah tangga. Lalu disusul dengan jenis filament sebanyak 26,6 persen dan fragmen sebesar 18,6 persen yang masing-masing berasal dari limbah kantong plastik dan botol plastik.

Ironisnya, sampah yang berasal dari plastik tidak bisa terurai dengan mudah dan membutuhkan waktu bertahun-tahun.  Ada beberapa jenis limbah plastik yang memiliki waktu berbeda untuk bisa terurai dengan alami, di antaranya:

  1. Kantong plastik memiliki waktu sekitar 10-20 tahun untuk terurai
  2. Kaleng bekas membutuhkan waktu sekitar 80-100 tahun untuk terurai
  3. Botol plastik membutuhkan waktu 450 tahun untuk terurai
  4. Styrofoam menjadi produk plastik yang tidak dapat terurai.

5 Cara Mengatasi Penumpukan Sampah Yang Tidak Terolah

Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi penumpukan sampah yang tidak terolah, antara lain:

1. Reduce (Mengurangi)

Reduce berarti mengurangi konsumsi barang dan bahan yang tidak diperlukan. Sebaiknya kurangi pemakaian suatu barang yang dapat menghasilkan produksi sampah. Hal ini bisa kita lakukan mulai dari hal kecil yaitu mengganti kantong plastik sekali pakai saat berbelanja dengan totebag yang bisa dipakai berulang kali. Totebag ini bisa kamu buat dari bahan tas kain, tas anyaman dari rotan, atau tas dari bahan daur ulang.

2. Reuse (Menggunakan Ulang)

Reuse berarti menggunakan kembali barang atau bahan yang masih dapat dipakai. Memanfaatkan barang bekas tidak ada salahnya, ya. Justru hal ini dapat mendukung pengurangan produksi sampah di kemudian hari. Kita bisa menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak dipakai untuk kebutuhan lainnya. Contohnya, kita bisa membuat tas dari karung beras sebagai tas untuk berbelanja. Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan botol plastik dan kaca bekas untuk menanam tanaman.

3. Recycle (Mendaur Ulang)

Prinsip recycle adalah mendaur ulang kembali produk sampah yang berpotensi bisa menjadi barang baru. Dalam hal ini, kita melakukan aktivitas mengolah materi untuk menjadi bahan yang lebih bermanfaat. Contohnya, kertas bekas bisa di daur ulang kembali menjadi kertas yang bisa dipakai.

4. Refuse (Menolak)

Refuse berarti tidak menerima atau membeli barang yang memiliki dampak negatif pada lingkungan. Indonesia masih menjadi salah satu negara penghasil sampah plastik terbanyak di dunia. Untuk mengurangi ketergantungan dengan produk plastik, langkah yang bisa diambil adalah menolak pemberian plastik sekali pakai dan menggantinya dengan material bahan yang lebih awet.

Selain itu, kita juga bisa mengkampanyekan gerakan menolak plastik sekali pakai. Ajaklah orang-orang sekitar dan teman terdekat untuk mengikutinya.  

5. Rot (Membusukkan)

Rot berarti membusukkan atau mengomposkan sampah organik. Kita bisa mengumpulkan sampa-sampah organik seperti sampah sisa makanan, dedaunan, kotoran hewan untuk diolah menjadi pupuk alami atau kompos. Mengubah limbah domestik organik menjadi kompos juga bisa mengurangi produksi sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

Selain aman digunakan untuk pertumbuhan tanaman, pengolahan sampah organik menjadi kompos juga dapat bernilai ekonomis. Pupuk kompos dapat dijual dengan harga tertentu sehingga bisa menambah pemasukan.

Kesimpulan

Itulah 5 cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi penumpukan sampah yang tidak terolah. Mari dukung kebijakan pemerintah dalam upaya pengurangan sampah untuk mengurangi resiko pencemaran lingkungan yang berkelanjutan.

Jika Anda tidak memiliki waktu untuk melakukan pengolahan sampah secara mandiri khususnya untuk sampah anorganik, Anda bisa datang ke Bank Sampah Induk Surabaya. Dapatkan berbagai manfaat dan keuntungan menjadi nasabah Bank Sampah.

Anda bisa mendukung berbagai program kepedulian lingkungan dari Yayasan Bina Bhakti Lingkungan dengan menjadi dermawan program. Untuk informasi terbaru dan terlengkap terkait program, silakan hubungi admin atau mengunjungi instagram @yayasanbinabhaktilingkungan.or.id.