Dalam artikel sebelumnya, kita mengetahui bahwa Indonesia mengalami kondisi darurat sampah. Bahkan, berdasarkan hasil penelitian Economic Intelligence Unit didapatkan data bahwa Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia. Tentunya bukan prestasi yang membanggakan bagi kita semua tetapi sangat menyedihkan bukan? apalagi jumlah sampah plastik yang begitu besar bisa berdampak buruk terhadap kesehatan lingkungan dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Bahaya sampah plastik yang mengandung dioksin di udara dalam proses pembakarannya bisa menyebabkan berbagai macam penyakit yang mematikan seperti kanker, syaraf, pembengkakan hati, hepatitis, dan gejala depresi. Tidak hanya itu, sampah plastik juga bisa membunuh hewan dan merusak lingkungan. Dengan berbagai dampak buruk dari timbunan sampah plastik tersebut, tentunya bisa menyadarkan kita semua untuk bijak dalam mengelola sampah sejak sekarang. Artikel berikut ini mengajak Anda untuk peduli lingkungan dengan bijak kelola sampah dari Rumah.
Bijak Kelola Sampah dari Rumah Sendiri
Semua warga negara di Indonesia seharusnya memiliki tanggungjawab atas pengolahan sampah masing-masing untuk mencegah bahaya sampah terhadap lingkungan. Masalah darurat sampah ini bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja, tetapi seluruh lapisan masyarakat harus turut menyelesaikannya. Baik dari kalangan pejabat, pengusaha, profesional, pedagang, hingga dari rumah masing-masing warga. Menurut Ketua Dewan Pembina Indonesia Solid Waste Association (InSWA), Sri Bebassari, mengatakan bahwa penanganan sampah dapat diawali dari pembiasaan membuang sampah dengan benar di tempat yang disediakan. Selanjutnya, sampah harus mulai dipilah dari rumah masing-masing agar pengelolaannya dapat lebih mudah dibawa hingga ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pengelolaan sampah dimulai dari pengurangan jumlah produksi sampah (reduce), pemilahan sampah (reuse), pengumpulan sampah serta pengolahan sampah (recycle). Ada beberapa cara untuk membiasakan diri kita lebih bijak dalam kelola sampah dari rumah masing-masing, antara lain;
1. Kurangi Sampah Plastik dan Makanan (Reduce)
Kampanye untuk mengurangi sampah plastik sudah banyak digencarkan oleh pemerintah. Saat ini, telah banyak pemilik usaha seperti restoran, café, minimarket atau swalayan juga mengkampanyekan untuk mengurangi kantong plastik. Beberapa minimarket menyediakan kantong belanja dari bahan yang lebih ramah lingkungan daripada plastik sekali pakai dan bisa digunakan berkali-kali. Dalam kantong belanja tersebut pun terdapat tulisan yang mengajak untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Ditempat lainnya seperti restoran dan café pun telah menerapkan larangan penggunaan sedotan plastik serta gelas plastik sekali pakai.
Semua upaya yang dilakukan beberapa pihak tersebut tentunya menjadi contoh dan perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saat dirumah. Dari rumah, diharapkan setiap individu bisa mengurangi penggunaan plastik sekali pakai baik untuk kantong sampah, kantong belanja, dan lainnya. Tidak hanya pengurangan sampah plastik, sampah makanan pun perlu dikurangi mengingat negara kita Indonesia ini juga termasuk penghasil sampah makanan terbesar kedua. Banyak bahan makanan yang berakhir ditempat sampah baik karena busuk, kadaluarsa, atau sisa bahan makanan yang tidak habis dikonsumsi. Direktur Lingkungan Hidup, BAPPENAS mengatakan bahwa pengurangan sampah makanan menjadi salah satu program prioritas dalam RPJMN 2020-2024. Dengan data masalah sampah tersebut harusnya sudah mendorong kita untuk bijak mengurangi sampah mulai dari rumah sendiri.
2. Lakukan Pemilahan Sampah (ReUse)
Ada beberapa jenis sampah yang sering kita jumpai mulai dari sampah makanan, sampah plastik, sampah elektronik, sampah daun atau ranting, dan lainnya. Namun dari semua jenis sampah tersebut pada umumnya dikategorikan menjadi 2 besaran yakni sampah organik dan sampah non organik. Sampah organik adalah sampah yang mudah terurai oleh alam atau lingkungan seperti sampah makanan. Sedangkan sampah non organik adalah sampah yang sulit diurai secara alami atau membutuhkan waktu yang lama dalam penguraiannya.
Dengan karakteristik sampah yang berbeda, melakukan pemisahan sampah berdasarkan jenisnya bisa memudahkan dalam pengolahan dan proses daur ulangnya. Sampah-sampah non organik seperti sampah elektronik, sampah botol plastik atau kaca, kardus, karung, kertas, dan sejenisnya merupakan sampah yang bisa digunakan kembali (ReUse). Agar dapat digunakan kembali, perlu ada proses pembersihan, perbaikan atau pengolahan kembali. Jika warga kesulitan dalam proses tersebut, Anda bisa mengirimkannya pada petugas bank sampah profesional.
3. Lakukan Daur Ulang Sampah (ReCycle)
Salah satu upaya yang dilakukan daerah untuk mengatasi masalah sampah dicontohkan oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur no 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Lingkungan Rukun Warga (RW). Tujuan dari adanya pengelolaan di tingkat RW ini untuk mengubah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga menjadi barang bernilai ekonomi atau mengubahnya menjadi bahan yang tidak membahayakan lingkungan. Salah satu langkah pemecahan yang bisa dilakukan ditingkat Rukun Warga yakni mengajak semua warga untuk memisahkan sampah rumah tangga yakni dengan mengklasifikasikan sampah organik dengan sampah non organik. Dengan pemisahan tersebut, bisa memudahkan dalam pengolahannya ataupun dalam proses daur ulangnya agar lebih bermanfaat lagi. Jika diolah dengan baik, sampah plastik yang diproses daur ulang akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 16.379.472 per bulan dari produksi 48 ton sampah plastik.
Sampah non organik bisa didaur ulang menjadi barang yang bernilai ekonomi ataupun bermanfaat untuk perlengkapan rumah tangga sendiri. Sedangkan sampah organik bisa diolah menjadi pupuk alami atau pupuk kompos yang bisa digunakan kembali untuk menyuburkan tanaman. Dengan demikian bisa mengurangi dampak penumpukan sampah yang bisa mengakibatkan banyak persoalan. Namun, jika tidak bisa melakukan proses daur ulang sendiri, diharapkan warga masyarakat bisa bekerjasama dengan komunitas ataupun lembaga profesional yang berfokus dalam pengolahan sampah dengan cara yang baik.
Distribusikan Sampah pada Bank Sampah di Kota Anda
Bagi warga yang tidak bisa mengolah atau melakukan daur ulang (recycle) sendiri bisa bekerjasama dengan Bank Sampah. Warga cukup memisahkan sampah organik dan non organik saja, kemudian mengirimkan sampah non organik ke bank sampah untuk di daur ulang kembali. Dengan mengirimkan sampah non organik seperti plastik, kardus, botol, minyak jelantah, logam, besi, kertas, dan sejenisnya ke bank sampah, warga juga bisa mendapatkan manfaat tambahan yakni kepemilikan rekening yang bisa menjadi pemasukan tambahan.
Bank Sampah Induk Surabaya (BSIS) merupakan contoh lembaga profesional di bawah Yayasan Bina Bhakti Lingkungan yang telah berperan penting dalam pengelolaan sampah di Surabaya. BSIS juga menyediakan layanan jemput sampah, dimana petugas BSIS akan datang langsung ke rumah warga untuk mengambil sampah, kemudian ditimbang, dan langsung dimasukkan ke tabungan atau dibayar tunai.
Pengurus di tingkat RT/RW bisa membantu memudahkan setiap rumah tangga atau warga masyarakat dengan mengkoordinasi pengumpulan sampah non organik ke Bank Sampah. Harapannya jika ini telah menjadi kesadaran bersama warga masyarakat, masalah darurat sampah bisa terselesaikan. Bahkan dengan ikut menjadi nasabah Bank Sampah, warga bisa mendapatkan rekening tabungan yang bisa menjadi pemasukan tambahan. Ayo bijak kelola sampah dari rumah dan dapatkan banyak manfaatnya.
Hubungi admin yayasanbinabhaktilingkungan.or.id untuk mendapatkan informasi lengkap dan terbaru mengenai layanan distribusi sampah dari rumah Anda.